Bima, InsidePos,-
Oleh: Yasser Arafat SH., MH
Kenapa deklarasi Pasangan Calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Dr H. Irfan dan H. Herman Alfa Edison ST (IMAN) harus memilih Tablig Akbar? Bukan evoria politik seperti acara orgen tunggal, atau joget-jogetan? Tentu banyak spekulasi dan interpretasi muncul, itu tergantung perspektif individu yang melihatnya.
Beragam narasi dimunculkan. Ada yang berpendapat politis, memanfaatkan simbolik agama dan sentimen budaya. Itu hal lumrah, sebab ini adalah moment politik. Namun, tablig akbar oleh pasangan IMAN merupakan rangkaian dari kegiatan politik dalam rangka mengedukasi publik.
Paslon yang dikenal ramah dan santun itu bukan hanya hadir dengan kefiguran barunya, tetapi juga ingin memperlihatkan sesuatu yang baru di tanah Bima ini. Tentu dengan cara yang benar berdasarkan "Iman sosial Dou Mbojo" yang kental juga dikenal dengan nilai-nilai religi dan budaya. Itu diibaratkan molekul yang membentuk senyawa. Hal demikian hidup harmonis di batin publik Dou Mbojo.
Sebutan Mbojo identik dengan daerah "Serambi Mekkah kedua setelah Aceh". Bahkan itu sudah menjadi pandangan hidup masyarakat Bima. Bahwa adat, nilai dan agama tidak boleh bertentangan satu sama lain. Sebagaimana prinsip yang terkandung dalam filosofi "Adat bersendikan Syara dan Syara bersendikan Kitabullah".
Prinsip ini menjadi pegangan hidup bagi Dou Mbojo. Yakni mereka yang masih berpegang teguh akan maslahat yang besar dan memperoleh kebahagiaan.
Timbul pertanyaan, kenapa Tabligh akbar dipilih sebagai alat politik IMAN. Tentu ini berlandaskan pertimbangan nilai kemaslahatan umat, kebaikan warga negara. Bahwa kegiatan yang bersifat islami seperti sholawah, tilawah, dzikir dan doa bersama merupakan tanda kesejukan komunikasi politik pasangan IMAN ditengah panasnya gejolak politik saat ini. Tak hanya itu, juga menghangatkan percakapan publik serta mengurangi tensi politik menjelang pemilihan. Agar supaya keakraban percakapan publik kembali terjalin.
Dimata paslon IMAN Pilkada adalah pesta rakyat. Hakikatnya rakyat harus dihibur dengan sajian juga asupan yang bergizi. Dengan memberikan keteladanan melalui edukasi politik gagasan. Dimana ide yang dipertandingkan bukan caci maki, marah-marah, apalagi sinis. Karena politik yang saling menyudutkan merupakan cara tidak sehat yang menghilangkan keakraban berdemokrasi.
Makin kedepan Paslon IMAN diakui selalu menjadi perbincangan hangat pada pikiran publik. Selalu melekat pada kehidupan Iman sosial Dou Mbojo serta sangat akrab dalam percakapan masyarakat. Jawabannya beragam. Pertama, terjadi semacam kejenuhan pada psikologis masyarakat Bima yang bosan dengan dagelan politik, dongeng kekuasaan, politik pencitraan yang terus membohongi. Atas dasar itu publik akhirnya apatisme dengan mulut yang diobral.
Kedua, karena selalu diberi harapan palsu masyarakat kini telah tersadarkan. Kehadiran pasangan IMAN bukan hanya mewarnai pikiran demokrasi. Namun juga dianggap sebagai sosok pemimpin yang layak memimpin karena memiliki hati nurani yang berpihak terhadap rakyat ruhani. Oleh karenanya, sosok demikian yang dinantikan publik hari ini. Yakni pemimpin yang peduli juga peka terhadap penderitaan, keprihatinan, kesengsaraan dan kemelaratan yang dialami rakyat.
Ketiga, masyarakat menginginkan perubahan nyata dikalangan sosial. Bukan hanya ada diotak tetapi juga tersampaikan dengan baik dihadapan rakyat. Berdaya, lebih sejahtera, mandiri dan bermartabat. Ke empat, masyarakat mulai mengalami kegersangan spiritualitas. Batin publik mengalami krisis nilai moral (akhlak) karena berkurangnya nilai-nilai kebudayaan dan agama.
Kelima, masyarakat meyakini paslon IMAN merupakan figur yang religius, santun, dan amanah. Diyakini ikhlas bekerja untuk kepentingan juga kesejahteraan rakyat. Serta mampu membangun kemajuan daerah dan mengembalikan karakter asli Dou Mbojo yang agamis dan berbudaya.
#tot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar